Warga Mojosari Lestarikan Wayang Jek Dong Lewat Kerajinan Tatah Sungging Wayang Kulit ~ Jurnalmojo | Berita terbaru hari ini
RUNNING NEWS :
Loading...

Warga Mojosari Lestarikan Wayang Jek Dong Lewat Kerajinan Tatah Sungging Wayang Kulit

-

Baca Juga

Proses penatahan kulit kerbau oleh Marto (Foto : Krisna/jurnalMojo)
Proses penatahan kulit kerbau oleh Marto (Foto : Krisna/jurnalMojo)
MOJOKERTO (jurnalMojo.id) — Dalam seni pagelaran wayang kulit, sosok pembuat wayang sering kali diabaikan. Padahal, mereka memiliki peranan penting sehingga tokoh pewayangan hidup dalam cerita.

Di Desa Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto ada seorang pria pengrajin wayang kulit yang masih eksis melestarikan wayang khas Jawa timur yaitu wayang Jek Dong.

Marto Joyo Sentiko 30 tahun ini, masih menekuni seni membuat wayang kulit. Pria asal Desa Sumbertanggul ini menekuni kerajinan ini sejak tahun 2010 sudah 16 tahun dia berkarya mulai dari dia SMA.

Sempat bersekolah pedalangan, namun akhirnya Marto Joyo Sentiko memutuskan untuk berhenti dan menjadi pengerajin wayang kulit Jek Dong atau Gagrak.

"Saya merasa miris melihat pengerajin wayang Jek Dong atau Gagrak ini sangat sedikit, kemudian didorong saya ingin belajar membuat wayang. Saya belajar kepada Ki Suratman, Ki Wardono dan beberapa pengerajin di Solo," ucap Marto, Senin (1/4/2024).

Kini, wayang buatannya sudah banyak diminati oleh pengkoleksi, dalang, bahkan diminati oleh warga negara asing. Wayang beliau pernah dibawa ke New York City di bawa oleh salah satu anggota Centurion World Record Amerika.

Sejak 3 tahun setelah 2010 sekitar 2013, Ia mulai membuat banyak wayang yang kualitasnya bagus bahkan para dalang wayang Jek Dong rela antre untuk memesan wayang mas Marto.

Kulit kerbau yang ia pakai didatangkan dari luar jawa, catnya memakai cat sakura poster colour didatangkan dari Jakarta dan cat emasnya dari Tiongkok.

"Bahan yang saya pakai kualitasnya super, kualitas dari kulit dan cat sangat bagus. Pekerjaan saya halus dan detail jadi wayang terlihat lebih hidup," pungkasnya.

Dalam sebulan ia bisa menghasilkan 10-15 Wayang. Dari harga Rp 800.000 sampai Rp 1 juta. Pembeda harga terletak pada pemakaian gapit sungu kerbau bule dan catnya yang memakai prada emas.

Sejauh ini lelaki yang bergabung di paguyuban Ringgit Jawa Timuran (Parijati) mengaku tidak kesulitan masalah modal. Yang menjadi masalah adalah sulitnya mencari para pemuda atau pengerajin yang mau diajak bekerja bersama, karena sekarang banyak yang memilih menjadi pekerja pabrik.

"Pengerajin wayang sangat jarang. Orang-orang lebih memilih bekerja di pabrik daripada mandiri," ucapnya.

Marto kerap mendapatkan tawaran kerjasama dari para dalang dan beberapa kolektor, namun ia menolak dan dia tetap teguh pada prinsipnya.

"Tugas saya melestarikan budaya leluhur. Bukan hanya mencari banyak rupiah. Urusan kaya miskin itu Allah yang tentukan," ujarnya.

Wayang Jek Dong karyanya juga di pakai di pagelaran wayang Jek Dong lokal di Jawa timur. Karyanya dipakai dan dipentaskan oleh Ki Yohan Susilo dan Ki Wardono dan Ki Sugilar.

Ki Yohan Susilo pernah mengatakan saat pentas bahwa semua wayang yang dipentaskan rata-rata buatan mas Marto, karena garapanya bagus dan detail.

"Semua wayang ini buatannya Marto. Makanya kelihatannya bagus dan hidup. Saking percayanya sampai bikin wayang 1 kotak," ucap Ki Yohan Susilo.

Banyak juga wayang Jek Dong karya mas Marto ini di koleksi di museum gubug wayang Mojokerto hampir 50 persen buatannya. Ada juga karyanya yang di taruh di Institut Seni Indonesia Yogyakarta. (krs/jek)
Mungkin Juga Menarik × +

 
Atas
Night Mode