Rawat Bonsai Bringin Kimeng, Bonsai Milik Warga Mojosari Ditawar Kolektor 100 juta ~ Jurnalmojo | Berita terbaru hari ini
RUNNING NEWS :
Loading...

Rawat Bonsai Bringin Kimeng, Bonsai Milik Warga Mojosari Ditawar Kolektor 100 juta

-

Baca Juga

Proses pemotongan dahang dan pembentukan ranting baru bonsai (FOTO : Krisna/jurnalMojo)
Proses pemotongan dahang dan pembentukan ranting baru bonsai (FOTO : Krisna/jurnalMojo)
MOJOKERTO (jurnalMojo.id) — Yulis Setiawan  atau yang akrab disapa mas Yulis adalah salah satu penghobi bonsai sekaligus pembudidaya bonsai Bumi Jenggolo yang cukup terkenal di Mojokerto, sudah lebih dari 20 tahun lalu melakukan pembudidayaan bonsai.

Tak menyangka, tadinya hanya sekedar hobi, justru menghasilkan pendapatan. Meskipun demikian, butuh ketelatenan, kesabaran waktu, dan energi untuk merawatnya bonsai.

Sebuah karya seni tanaman tua atau dikenal dengan bonsai. Membutuhkan kesabaran tinggi dan dedikasi yang besar agar mendapatkan hasil yang memuaskan.

Perawatannya yang bertahun-tahun inilah yang menjadi nilai seni tinggi yang menimbulkan aura semakin tua, semakin cantik, dan semakin terkesan angker. Begitupula harga jualnya semakin lama semakin mahal semakin indah semakin mahal semakin unik semakin mahal.

Menurut Yulis Setiawan, cara menanam pun harus diperhatikan. Untuk merawat bonsai, Yulis menggunakan media pasir Malang agar poros dan akar tidak membusuk atau lapuk.

Kemudian perawatan lanjutannya yaitu dilakukan pemotongan tiap enam bulan sekali. Daun akan tumbuh secara penuh setelah dua bulan. Kemudian dua bulan daun mulai menua, lalu dua bulan berikutnya waktunya burning daun dan dilakukan penataan ulang perantingannya.

"Kalau tidak dikontrol nanti banyak daun yang tumbuh yang membuat bentuk perantingan menjadi acak, kemudian banyak yang mati, penyebabnya biasanya ada yang perantingan yang terlalu besar," kata, Yulis Rabu (6/3/2024).

Yulis menambahkan, bahwa semua bonsai memiliki nilai. Yakni berdasarkan keserasian, jenis, dan kualitas di bonsainya sendiri, jika itu terpenuhi maka dapat mendongkrak harga bonsai tersebut.

Supaya memiliki harga tinggi, lanjut Yulis, akar harus seimbang diberbagai sisi. Bentuknya harus proporsionalnya menyerupai kuku macan.

"Awalnya akar kita ambil 3-4 sentimeter kemudian nanti dipecah lagi dua terus begitu sampai nanti menjadi mirip seperti kuku macan," ujar dia.

Pada bagian batang seharunya tidak sejajar. Bawah samping dan kanan bawah harus mengarah lebih ke bawah (merunduk). Kemudian yang bagian kiri posisinya agak lebih tinggi. Bagian perantingan harus padat, seimbang, pecahannya juga harus serasi.

“Kadang pertumbuhan tidak serasi atau kurang ideal. Terkadang batangnya cepet besar cepet jadi, tetapi perantingannya agak lama kurang ngisi kurang ngepen. Ada juga yang cepat jadi. Sudah puluhan tahun saya  merawat bonsai, dan banyak juga yang gak jadi, itulah seninya yang bikin mahal proses dan ketelatenan," ungkapnya.

Dijelaskan, asupan gizi dari bonsai juga harus tercukupi. Harus pas tidak kekurangan atau berlebih. Tanaman bonsai yang bagus itu tua tapi pendek yang kelihatan angker itu bagus. Utamakan kesuburan tanah dan tetapi harus ingat harus menyesuaikan panjang pendeknya si bonsai agar ideal.

"Harus berani berkreasi, harus berani berinovasi, sesuaikan dengan apa yang menjadi keinginan kita," tegasnya.

Keistimewaan bonsai Beringin Kimeng terletak pada perantingannya yang indah. Selain itu bonsai jenis Beringin Kimeng pertumbuhannya relatif cepat, dan juga gampang matang. Perawatannya cukup dengan memakai pupuk dekastar atau osmocote pemberiannya dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan sekali.

"Bonsai juga harus rajin disikat dibersihkan agar terhindar dari jamur, dan debu, sehingga tidak menghambat kesuburan tanaman," tukasnya.

Bonsai yang rawat pak Yulis pernah ditawar oleh kolektor seharga Rp 75.000.000 juta. Namun dirinya tidak tertarik dengan tawaran itu. Kalau belum menyentuh Rp 100.000.000 juta, Yulis enggan merelakan bonsai Beringin Kimeng berpindah ke tangan ke orang lain.

"Ini yang koleksi saya  paling mahal. Harganya Rp 100.000.000 Juta, namanya jenisnya itu Beringin Kimeng," kata, Yulis.

Bonsai Beringin Kimeng miliknya sudah berusia lebih dari 17 tahun. Harga ya v di tawarkan pak Yulis Sebenarnya tidak termasuk mahal jika dibandingkan dengan milik orang yang sampai ratusan juta lebih bahkan milyaran.

Selain tua, biaya perawatan bonsai selama 17 tahun juga sebanding dengan harganya. Menurutnya, mahal atau tidaknya dipengaruhi dari kualitas tanaman. Apakah prospek bisa masuk kontes atau tidak jika masuk kriteria kontes maka harganya juga akan mahal apalagi sudah pernah mendapatkan sertifikat kontes.

Terpisah, Nur Happy Agung Putranto warga Pungging, yang juga salah satu teman Yulis.

"Mentor saya belajar bonsai ya mas Yulis, dia tidak pernah pelit ilmu sering berbagi pengalaman merawat bonsai," ungkap Mas Agung Putranto.

Menurut Dia, Yulis juga tergabung dalam Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) cabang Mojokerto. Yulis juga sering mengikuti event pameran dan kontes bonsai. Bahkan Yulis pernah ikut event di Jawa Tengah tepatnya di Magelang, pernah ikut di Bali tepatnya di Tabanan, dan yang paling baru beliau ikut event bonsai di Malang.(krs/jek)
Mungkin Juga Menarik × +

 
Atas
Night Mode