SLB ACD Pertiwi Terapkan Pembelajaran Individual untuk Asesmen Kemampuan dan Pengetahuan Anak
-Baca Juga
Kegiatan belajar mengajar SMALB di dalam kelas (foto: Yogi Prastyo/jurnalMojo) |
MOJOKERTO (jurnalMojo.id) — SLB ACD Pertiwi merupakan salah satu SLB swasta yang ada di Kota Mojokerto. SLB ini didirikan pada tahun 1977 berlokasi di Jalan Kranggan, Kelurahan Kranggan, Kecamatan Kranggan, Kota Mojokerto.
SLB ini khusus menerima siswa tuna grahita, tuna netra dan juga tuna daksa, disini tidak menangani anak tuna rungu dan tuna wicara. yang paling banyak tuna grahita. 1 kelas terdiri dari 6-7 orang siswa dengan kondisi yang berbeda-beda yang dibimbing oleh 1 guru.
Kurikulum yang diterapkan SLB ACD Pertiwi adalah IKM Implementasi Kurikulum Merdeka. Dalam kurikulum Merdeka ada 2 aspek penilaian yaitu penilaian intrakurikuler dan profil pelajar Pancasila.
SLB ACD Pertiwi memiliki jenjang mulai dari SDLB, SMPLB dan Juga SMALB dengan menerapkan sistem sekolah satu atap.
Kepala sekolah SLB ACD Pertiwi Drs. Bambang Sugianto menjelaskan kalau penilaian sekarang menggunakan E-rapot. Setiap guru akan mengasesmen masing-masing anak sehingga tingkat kemapuan dan pengetahuannya bisa diketahui, itu yang dinamakan pembelajaran individual. Pembelajaran individual sendiri mengacu pada kurikulum merdeka.
"Sebelum masuk SLB akan ada tes IQ supaya kemampuan dan batas pengetahuan anak bisa diketahui sehingga untuk penangannya kedepan bisa tepat dan sesuai," pungkasnya.
Menurut salah seorang guru SLB ACD Pertiwi Era Dwi Indahwaty (37), bahwa kemampuan individual masing-masing anak itu berbeda. Seorang guru harus jeli dan tau bagaimana cara memperlakukan anak. Misal anaknya tidak bisa membaca, jadi seorang guru harus menyediakan waktu khusus, minimal anak tersebut bisa mengerti huruf.
"Kelebihan dari pembelajaran individul sendiri yaitu waktu lebih yang diperlukan guru untuk anak lebih banyak. Jadi ketika ada waktu luang seperti saat jam istirahat dan sepulang sekolah anak ini bisa dibimbing diwaktu luang tersebut untuk menggali potensinya, supaya tidak ketinggalan dengan teman-temannya di kelas,"
Asesmen yang di lakukan oleh guru adalah asesmen kemampuan sosial anak, pengetahuan umum. Untuk kelanjutannya seorang guru bisa mengasesmen perkembangan pembelajaran anak.
"Perkembangan pembelajaran setiap anak juga berbeda-beda. Asesmen anak itu biasanya dilaksanakan 3 bulan atau 6 bulan sekali," tambahnya.
Jika ada anak yang sulit untuk memusatkan konsentrasi (autis) maka diperlukan latihan dan juga dibantu dengan alat khusus supaya anak bisa fokus dan konsentrasi. Dan bila ada anak dengan kesulitan motoris seperti susah untuk menulis maka akan dilakukan penanganan yang tepat oleh gurunya. karena memang guru-guru tersebut sudah berpengalaman menangani anak-anak berkebutuhan khusus. (yog/jek)