Sulitnya Mandapatkan Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus Di Mojokerto
-Baca Juga
Para anak didik inklusi Bina Ihsani (FOTO : Rafika Mega/jurnalMojo) |
Di Mojokerto, sekolah atau tempat pendidikan yang mampu menaungi anak inklusi terlihat masih minim. Hal ini menyebabkan pendidikan untuk anak inklusi menjadi terbatas, dan mereka yang masih ingin melanjutkan pendidikannya menjadi kesulitan untuk mencari sekolah yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
Salah satu tempat pendidikan untuk anak inklusi yang ada di Mojokerto ialah Bina Ihsani. Bina Inshani Kota Mojokerto berlokasi di Suromulang Gang 1 merupakah tempat atau wadah yang diperuntukkan anak dengan kebutuhan khusus (ABK) yang membutuhkan pembelajaran yang lebih intens.
Berdirinya Bina Ihsani bermula karena peraturan Yayasan sekolah Muhammadiyah tidak memperbolehkan menolak murid dengan kondisi apapun itu.
Akhirnya pengelola sekolah Muhammadiyah, Ami Fauzyah, yang sebelumnya pernah menjabat sebagai kepala sekolah SD Muhammadiyah memiliki inisiatif untuk mendirikan sekolah tambahan khusus/kelas terapy untuk anak inklusi.
Bina ihsani sendiri berdiri sejak tahun 2017 dan hingga kini memiliki 8 orang murid dengan keterbelakangan mental yang berbeda-beda.
Seperti yang diungkap Ny Dian, seorang karyawan Bina Ihsani sekaligus wali dari anak inklusi bahwa, saat ini ia merasa kesulitan dalam mencari sekolah lanjutan untuk anaknya yang kini tengah duduk di bangku SMP tingkat akhir.
“Saya sejak dulu kesulitan untuk memasukkan anak saya kedalam sekolah-sekolah di Mojokerto karena kondisi anak saya. Tetapi salah satu teman saya menyarankan sekolah Muhammadiyah ini dan akhirnya anak saya kembali bisa mendapatkan pendidikan lanjut. Dan dari sini juga saya mengenal Bu Ami dan memutuskan untuk mengabdi di Bina Ihsani,” ungkap Ny Dian kepada jurnalMojo, Rabu (11/01/23).
Tak hanya Ny Dian, wali murid lain dari anak didik Bina Ihsani juga banyak yang merasakan hal demikian. Karena kondisi keterbelakangan mental anak mereka, sehingga menghambat pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan sama seperti anak yang lain pada umumnya.
“Sama seperti Bu Dian, saya juga dibuat bingung dalam mencari sekolah lanjutan tingkat SMA yang mau menerima anak inklusi seperti para murid disini. Sampai wali murid disini menyerahkan amanah kepada saya untuk menbantu mencarikan sekolah lanjut untuk anaknya,” ujar Ny Mega, salah satu guru/karyawan Bina Ihsani.
Kondisi keterbelakangan mental seharusnya tidak menjadikan penghambat bagi mereka yang mengalami untuk tidak menerima pendidikan yang sama seperti yang lainnya. Mereka memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, agar para anak berkebutuhan khusus ini juga dapat merasakan kehidupan yang layak dan ilmu yang memandai. (raf/jek)