Merajut Semangat, Pemuda di Mojokerto Tetap Melestarikan Warisan Budaya Dengan Menjadi Pengrajin Kain Tenun Ikat ~ Jurnalmojo | Berita terbaru hari ini
RUNNING NEWS :
Loading...

Merajut Semangat, Pemuda di Mojokerto Tetap Melestarikan Warisan Budaya Dengan Menjadi Pengrajin Kain Tenun Ikat

-

Baca Juga

Budi Iswanto menenun kain dengan alat tradisional yang ada di rumahnya (Foto : Fera Meilia Ananda Putri/jurnalMojo)
Budi Iswanto menenun kain dengan alat tradisional yang ada di rumahnya (Foto : Fera Meilia Ananda Putri/jurnalMojo)
MOJOKERTO (jurnalMojo.id) – Pengrajin kain tenun ikat saat ini tak banyak ditemui oleh masyarakat luas, meskipun produk kain tenun sendiri sudah banyak terjual di beberapa tempat.

Pada kenyataannya pengrajin kain tenun mampu menghasilkan kerajinan dari benang dengan cara memasukkan benang yang arahnya horizontal (benang pakan) ke dalam benang yang arahnya vertikal (benang lungsi) pada alat tenun tradisional.

Seperti yang dilakukan oleh Pengrajin kain tenun di Desa Kedunguneng, Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto yaitu Budi Iswanto (39) warga asli Kedunguneng Bangsal ia mengaku sudah lama menjadi pengrajin kain tenun kurang lebih sekitar 11 tahun.

“Saya menjadi pengrajin kain tenun sejak 2012, dan ini juga usaha industri kecil yang saya bangun bersama dengan istri saya, Waktu awal-awal saya membuka usaha ini, saya pun mendapat pelatihan dari Disperindag untuk tenun tradisional,” ungkap Budi Iswanto, Rabu (18/01/2023).

Kain tenun termasuk dalam warisan budaya, selain menyimpan kekayaan nilai budaya, kain tenun juga merupakan kearifan lokal yang memiliki filosofi, dan telah menjadi bagian kehidupan masyarakat.

Kain tenun beserta tradisi menenun adalah pengetahuan yang diturunkan nenek moyang ke generasi-generasi berikutnya, dan tradisi itu masih ada hingga sekarang.

Tradisi yang ada kini telah dilestarikan oleh pengrajin tenun dengan tujuan yang baik, seorang pengrajin tenun pasti memiliki alasan tersendiri mengapa lebih memilih membuka usaha kain tenun.

“Iya alasan saya karena kan disini juga belum ada usaha kain tenun sama sekali jadi saya mencobanya sambil melestarikan warisan budaya, selain itu karena ibu dan kakak dari istri saya di Kediri juga sebagai pengrajin kain tenun,” pungkasnya.

Budi Iswanto memperlihatkan beberapa hasil kain tenun ikat yang sudah jadi (Foto : Fera Meilia Ananda Putri/jurnalMojo)
Budi Iswanto memperlihatkan beberapa hasil kain tenun ikat yang sudah jadi (Foto : Fera Meilia Ananda Putri/jurnalMojo)

Dalam membuat kain tenun prosesnya sangat rumit dan panjang, sekitar ada 13 tahapan, masing-masing tahapan dikerjakan oleh pekerja, menurut salah satu pekerja yaitu Sholikah, warga Kedunguneng Bangsal mengaku bahwa ia sudah lama bekerja di tempat tersebut.

“Saya sudah lama bekerja disini, dalam proses pembuatannya pun juga cukup lama seharinya mampu membuat 1 buah kain tenun, sehingga disini banyak pekerja yang diberi bagian berbeda-beda sesuai tahapan pembuatannya,” ucap Sholikah.

Motif kain tenun disini bermacam-macam, namun ada beberapa motif baru yang dibuat seperti Candi Wringin Lawang dan Surya Majapahit. Kain tenun ini dipasarkan di wilayah Jawa Timur hingga luar kota.

Benangnya memakai benang katun berwarna putih, bisa menjadi benang berwarna-warni karena dikasih wenter. Untuk harga kainnya tergantung ukurannya, biasanya berukuran 2,5 m x 90 cm dibandrol dengan harga Rp 250.000. Dari adanya kerajinan yang dibuat, pengrajin tenun juga memiliki harapan yang besar atas usaha yang sedang dirintisnya ini.

“Karena disini saya sebagai produsen, jadi saya berharap agar kain tenun buatan saya ini laku, dikenal oleh banyak orang, serta ingin memberdayakan masyarakat sekitar sini dengan cara membuka lapangan pekerjaan lewat kerajinan tenun ini,” ujar Budi Iswanto. (fer/jek)
Mungkin Juga Menarik × +

 
Atas
Night Mode