Harga Bawang Merah di Pasar Tradisional Mojokerto Tembus Rp 40 Ribu per Kilogram
-Baca Juga
Komoditas bumbu dapur bawang merah di pasar tradisional mengalami kenaikan harga (FOTO : Roy Antok Wibowo/jurnalMojo) |
Menurut salah satu penjual bawang merah, Piati (44), asal Kota Mojokerto, bahwa bumbu dapur yang dari dulu harganya mahal adalah bawang merah. Mahalnya bawang merah ini memang terdapat beberapa faktor yang menjadi pemicu.
"Bawang merah dari dulu memang harganya mahal apalagi setelah tahun baru, mahalnya bawang merah ini bisa disebabkan karena ketersediaan pasokan menipis, selain itu juga karena pengaruh cuaca yang tidak menentu," kata Piati, Sabtu (28/01/2023).
Harga bawang merah, di tingkat pedagang tembus sampai Rp 40 ribu per kilogram. Angka tersebut jauh lebih melonjak dari harga sebelumnya yang harganya hanya sekitar Rp 25 ribu per kilogram.
Komoditas bumbu dapur bawang merah di pasar tradisional mengalami kenaikan harga (FOTO : Roy Antok Wibowo/jurnalMojo) |
"Harga saat ini, memang mencapai harga tertinggi karena mencapai Rp 40 ribu per kilogram. Padahal, sebelumnya harganya Rp 25 ribu per kilo ini, oleh karena itu mengapa ada pembeli yang mengeluh mahalnya komoditas bumbu dapur tersebut, karena kita pun membeli dari pengepulnya juga sudah tinggi," ujarnya.
Akhir-akhir ini cuaca memang tidak menentu. Kondisi hujan secara terus menerus, menyebabkan para petani bawang merah harus menunda panennnya. Selain membuat bawang mudah rusak, kadar airnya juga tinggi, dampaknya harga jualnya di tingkat petani jadi murah. Itulah yang dihindari para petani, oleh karena itu petani lebih memilih menunda panen. Dari adanya hal ini memang bawang merah masih tetap ada di pasaran, namun harganya yang melambung tinggi.
Menurut pembeli lain, Julaikha (58) seorang penjual sate gule asal Mojokerto pun mengeluh dari mahalnya bawang merah, dirinya terpaksa harus menaikkan harga nasi sate gule per porsinya, karena bumbu satenya tersebut selalu diberi irisan bawang merah.
"Bawang merah mahal tepat ketika saya ada pesanan sate gule, karena harga bawang merah di semua pasar tradisional mahal, jadi terpaksa saya juga harus menaikkan harga sate saya, karena bumbu-bumbu sate pun tidak terlepas dari adanya bawang merah," tukasnya. (raw/jek)
Akhir-akhir ini cuaca memang tidak menentu. Kondisi hujan secara terus menerus, menyebabkan para petani bawang merah harus menunda panennnya. Selain membuat bawang mudah rusak, kadar airnya juga tinggi, dampaknya harga jualnya di tingkat petani jadi murah. Itulah yang dihindari para petani, oleh karena itu petani lebih memilih menunda panen. Dari adanya hal ini memang bawang merah masih tetap ada di pasaran, namun harganya yang melambung tinggi.
Menurut pembeli lain, Julaikha (58) seorang penjual sate gule asal Mojokerto pun mengeluh dari mahalnya bawang merah, dirinya terpaksa harus menaikkan harga nasi sate gule per porsinya, karena bumbu satenya tersebut selalu diberi irisan bawang merah.
"Bawang merah mahal tepat ketika saya ada pesanan sate gule, karena harga bawang merah di semua pasar tradisional mahal, jadi terpaksa saya juga harus menaikkan harga sate saya, karena bumbu-bumbu sate pun tidak terlepas dari adanya bawang merah," tukasnya. (raw/jek)